jelaskan dan sebutkan pembagian hadis pada matan

Halo, Tutorialpintar! Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pembagian hadis pada matan. Hadis merupakan salah satu sumber utama dalam agama Islam yang berisikan perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah SAW. Sebagai umat muslim, kita wajib mempelajari dan memahami hadis untuk mengambil hukum, petunjuk, dan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sebelum mempelajari hadis secara mendalam, kita perlu memahami pembagian hadis pada matan. Mari kita bahas lebih lanjut!

1. Hadis Mufrad

Hadis Mufrad adalah hadis tunggal yang tidak memiliki sanad atau rantai periwayatan. Dalam hadis ini, hanya disebutkan perawi yang mengucapkan hadis tanpa ada keterangan mengenai perawinya yang lain. Contoh hadis Mufrad adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang perkataan atau perbuatan Rasulullah SAW.

Contoh hadis Mufrad:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam.”

Hadis Mufrad sangat penting untuk mempelajari akhlak dan etika dalam kehidupan sehari-hari, karena langsung berasal dari perkataan atau perbuatan Rasulullah SAW tanpa ada intervensi dari perawi lain.

2. Hadis Muttasil

Hadis Muttasil adalah hadis yang memiliki sanad (rantai periwayatan) yang utuh dan tidak terputus. Rantai periwayatan ini berkaitan secara langsung dengan nama-nama perawi hadis tersebut. Dalam hadis Muttasil, kita bisa melihat siapa saja perawi yang terlibat dalam menyampaikan hadis hingga mencapai Rasulullah SAW.

Contoh hadis Muttasil:

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku melakukan shalat.”

Hadis Muttasil sangat penting untuk mempelajari ilmu hadis secara keseluruhan, karena kita dapat mengidentifikasi perawi-perawi terpercaya yang menyampaikan hadis hingga mencapai Rasulullah SAW.

3. Hadis Mursal

Hadis Mursal adalah hadis yang tidak memiliki jalinan sanad sampai ke periwayat pada generasi sahabat, melainkan langsung merujuk kepada periwayat dari generasi setelah sahabat. Pada hadis ini, seakan-akan generasi berikutnya merujuk langsung kepada Rasulullah SAW tanpa melewati mereka yang menjadi saksi langsung. Meskipun memiliki kelemahan dalam metode riwayatnya, hadis Mursal tetap diakui keabsahannya.

Contoh hadis Mursal:

من ابتغى العلم لم يدركه بحفاظه عليه، وانكاره (الترجمة التفسيرية لمعاني القرآن الكريم)

“Barangsiapa mengejar ilmu, ia tidak akan mencapainya kecuali dengan menjaganya dan menolak penolakannya.”

Hadis Mursal dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dalam memahami ajaran Islam, namun perlu dilakukan tahap verifikasi lebih lanjut untuk memastikan keabsahan dan kebenaran hadis tersebut.

4. Hadis Maqbul

Hadis Maqbul adalah hadis yang diriwayatkan secara langsung oleh para sahabat dari Rasulullah SAW yang kemudian diterima oleh para ulama sebagai hadis yang sah dan diterima. Hadis Maqbul ini memiliki sanad yang kuat dan dapat dijadikan sebagai dasar hukum dalam agama Islam. Hadis Maqbul memberikan petunjuk dan pedoman bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah serta menjalani kehidupan sehari-hari.

Contoh hadis Maqbul:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian kedua orang tua-nya menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Hadis Maqbul digunakan untuk menjadikan tuntunan kehidupan sehari-hari yang berdasarkan ajaran Islam secara umum dan diterima oleh umat Islam sebagai hukum yang harus diikuti.

5. Hadis Mudraj

Hadis Mudraj adalah hadis yang ditambahkan oleh perawi dalam perkataan atau perbuatan Rasulullah SAW. Perawi menambahkan kata-kata atau penjelasan sehingga hadis menjadi lebih panjang. Hadis Mudraj ini perlu diwaspadai karena adanya potensi penambahan yang tidak benar atau di luar perkataan atau perbuatan Rasulullah SAW.

Contoh hadis Mudraj:

لَا تُؤَدُّوا اللَّحْمَ بِالدَّمِ حَتَّى يَكُونَ مُقَطَّعًا لَا تَمُوْتُ فِيهِ

“Janganlah kalian memasak daging dengan darah hingga daging terpotong dan tidak larut dalamnya.”

Hadis Mudraj perlu diidentifikasi dan dianalisis dengan cermat untuk memastikan keabsahan informasi yang terkandung di dalamnya serta menjaga kemurnian ajaran Rasulullah SAW.

6. Hadis Ahad

Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh beberapa perawi yang jumlahnya tidak mencapai taraf mutawatir. Perawi merupakan individu yang kemungkinan memiliki pengetahuan dan kejujuran yang tidak dapat dipertanyakan, namun hadis tersebut tidak memiliki jumlah perawi yang mencukupi untuk memastikan kebenaran hadis secara mutawatir.

Contoh hadis Ahad:

أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ بَابًا فِي الْجَنَّةِ، فَكَيْفَ إِذَا كَانَ أَهْلُ بَيْتِي

“Saya adalah orang pertama yang masuk Surga, lalu bagaimana dengan keluarga saya?”

Hadis Ahad perlu dijadikan sebagai bahan renungan dan bukan sebagai dasar hukum dalam agama Islam. Informasi yang terkandung dalam hadis Ahad masih perlu diverifikasi lagi keabsahannya.

7. Hadis Mutawatir

Hadis Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh jumlah perawi yang begitu banyak dan tersebar dalam berbagai jalan yang tidak mungkin bersatu-patuh dalam berbohong. Hadis Mutawatir merupakan salah satu jenis hadis terpercaya karena keabsahannya sudah cukup terjamin oleh jumlah perawi yang mencukupi.

Contoh hadis Mutawatir:

الدِّينِ النَّصِيحَةُ

“Agama adalah nasihat.”

Hadis Mutawatir menjadi salah satu sumber hukum yang kuat dalam agama Islam. Ajaran yang terkandung dalam hadis Mutawatir dianggap sebagai hujjah yang bisa dijadikan dasar untuk menjalankan ibadah maupun menjalani kehidupan sehari-hari.

8. Hadis Matruk

Hadis Matruk adalah hadis yang dihentikan oleh salah satu perawinya yang dianggap tidak dapat dipercaya atau tidak memenuhi syarat sebagai perawi yang sahih. Perawi hadis Matruk ini memiliki reputasi yang buruk dan dianggap sebagai orang yang melakukan kebohongan atau kekurangan dalam menjalankan syarat sebagai perawi yang dapat dipercaya.

Contoh hadis Matruk:

قَوْسَيْنِ مِنْ تَقَوْسَيْنِ الشَّيْطَانِ رَنَمًاوَتَرَنُمًا

“Dua busur dari busur busur setan, salah satu adalah bernyanyi dan yang lainnya adalah meminta-minta.”

Hadis Matruk tidak dapat dijadikan sebagai dasar hukum dalam agama Islam. Informasi yang terdapat dalam hadis Matruk perlu diabaikan dan tidak dijadikan acuan dalam menjalankan ajaran Islam.

9. Hadis Shaheh

Hadis Shaheh adalah hadis yang memiliki sanad dan matan yang sahih atau kuat. Hadis Shaheh ini merupakan hadis yang memiliki kualitas terbaik dan memiliki tingkat kepastian yang tinggi. Untuk mencapai status Shaheh, hadis harus melalui serangkaian proses kritik yang ketat oleh para ahli hadis Islam.

Contoh hadis Shaheh:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Barangsiapa dari kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika masih juga tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.”

Hadis Shaheh dapat digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan ajaran Islam dengan tingkat kepastian yang tinggi.

Itulah pembagian hadis pada matan yang perlu kita pahami dalam mempelajari hadis. Dengan memahami pembagian hadis ini, kita dapat mengetahui tingkat keabsahan suatu hadis dan dapat menjadikannya sebagai pedoman dalam hidup kita sebagai umat Muslim. Semoga penjelasan ini bermanfaat dan dapat menambah pemahaman kita dalam agama Islam. Teruslah belajar dan meningkatkan pengetahuan! Salam hormat, Tutorialpintar.